Entah itu disadari atau tidak, kita sering mendengar kata-kata tersebut, bahkan mungkin kita pernah mengatakannya, seperti “Aku jatuh cinta padanya sejak pandangan pertama”, atau “Aku sudah mencintaimu sejak pertama kali melihat kamu” dan lain sebagainya. Mari kita bahas lebih lanjut lagi pernyataan tersebut. Benarkah itu dinamakan cinta? Apakah ada yang namanya “Cinta pada pandangan pertama?” Apakah itu benar-benar cinta atau hanya rasa suka?
Ada perbedaan yang mendasar antara suka dan cinta. Dalam Bahasa Inggris, suka itu adalah “like” sedang kan cinta adalah “love”. Sekarang apakah yang menjadi perbedaannya?
Perbedaannya adalah, menyukai mengacu kepada kesenangan pribadi,
yakni menginginkan seseorang karena ia baik untuk kita dan menyenangkan
hati kita, misalnya karena fisiknya yang cantik, badannya yang seksi
atau proporsional, enak diajak bicara dll, dan kebanyakan hanya berhenti
di hal-hal yang bersifat fisik.
Sedangkan mencintai, adalah mengasihi yang merujuk kepada memberikan sesuatu kepada seseorang.
Hal lain yang juga menjadi perbedaannya adalah “suka” meminta kita
untuk menjadi pengamat, sedangkan “cinta” mengharuskan kita untuk
menjadi pelaku.
Ada kalanya kita dibingungkan dengan kata “suka” dan “cinta”, atau
bahkan sebagian orang menyamaratakan arti suka kepada cinta. Tidak bisa
disangkal, pada tahap awal pertemuan dengan seseorang, khususnya lawan
jenis, rasa suka akan mendominasi hubungan kasih kita. Kita mulai
menyukai wajahnya, cara bicaranya, tertawa, kelembutannya, kepemimpinannya, wibawanya dll. Itulah
yang dinamankan suka.
Ketika kita bertemu dengan lawan jenis yang asik menurut kita dan
mempesona kita, bahkan setelah pertemuan itu, wajahnya terus menerus
terbayang-bayang di benak kita, maka ketika itu kita berpikir
“Sepertinya aku jatuh cinta padanya”. Dan itulah yang kita namakan cinta pada pandangan pertama, namun sebetulnya itu bukanlah cinta, namun hanya perasaan suka saja.
Seperti yang diawal tadi Zingga Nusantara sebutkan, suka itu hanya melihat fisik dan
seringkali hanya berdasarkan pada kekaguman kita, dan biasanya suka
timbul dari pengenalan kita yang singkat dan dangkal terhadap seseorang.
So, start be carefull ketika ada seseorang yang baru kita kenal
beberapa waktu, tiba2 mengatakan kalau dia mencintai kita. Kalau dia
mengatakan dia menyukai kita, itu masih bisa diterima, tp ketika
berbicara ttg cinta, kita perlu pikirkan lagi.
Orang yang sudah menikah
bertahun-tahun aja, bisa tiba-tiba mengatakan kalau dia tidak mencintai
pasangannya lagi, apalagi orang yang baru kita kenal.
Namun perasaan suka td, sewajarnya harus berkembang menjadi rasa
cinta, yakni kerelaan untuk memberi yang terbaik dari diri kita demi
yang terbaik untuknya. Jika proses ini tidak terjadi, maka kita akan
terlibat dalam suatu relasi yang dangkal, dan kita hanya akan berhenti
pada peran pengamat yang hanya menikmati tontonannya dengan penuh
kekaguman.
Dan yang lebih berbahaya lg, kita akan menuntutnya untuk bersikap dan
melakukan hal-hal yang hanya menyenangkan kita saja. Akibat hal
tesebut, maka dalam suatu hubungan akan timbul yang namanya “tuntutan yang salah atas nama cinta”.
Misalnya, seorang lelaki akan menuntut wanita nya untuk berpakaian sesuai
dengan yang dia inginkan, walaupun wanita nya tersebut tidak menyukainya.
Atau seorang wanita yang menuntut lelaki nya untuk memiliki gaya rambut yang
disukai olehnya, walaupun itu tidak disukai oleh lelaki tersebut. Mengapa hal itu
terjadi, karena kita hanya ingin dia menjadi seperti yang kita inginkan
dan kita memaksakan kehendak kita atasnya.
Namun tidak semua “tuntutan” itu salah,ada juga yang dinamankan “Tuntukan karena cinta”.
Tuntutan ini lebih bersifat tindakan prefentif dan bertujuan kebaikan.
Misalnya seorang lelaki yang menuntut pasangannya untuk tidak terlalu
sering memakai pakaian-pakaian mini, karena itu akan membahayakan lelakinya itu sendiri, atau seorang wanita yang menuntut pasangannya untuk berhenti
merokok, karena itu akan menggangu kesehatannya.
Kita bisa melihat perbedaan dari keduanya. Yang satu menuntut krn
kita ingin memuaskan keinginan kita, sedangkan yang satu lagi, kita
menuntut karena kita ingin yang terbaik buat pasangan kita tesebut.
Salah satu ciri cinta yang dangkal juga adalah cemburu yang berlebihan atau posesif tingkat tinggi.
Berbeda dengan cinta, benih-benih kekaguman td, tidak membuat kita
menjadi kaku dan pasif. Cinta melibatkan kita dalam hidupnya sebagai
pelaku yang rela mengotorkan tangan, bukan sekedar sebagai penonton yang
disenangkan oleh pertunjukkan yang indah.
Cinta menuntut kita untuk
mengenal seseorang lebih dalam lagi dan mencari tau apa yang menjadi
kebutuhannya, bukan mencari tau apa yang bisa dia berikan kepda kita.
Cinta bertanya, “Apa yang dapat kuberikan?”, sedangkan suka bertanya, “Apa yang dapat kau berikan?”
Suka pada dasarnya sesuatu yang alamiah dan bersifat netral. Rasa
suka merupakan awal dari rangkaian pertumbuhan relasi dimana pada
puncaknya, cintalah yang mencuat dengan indahnya. Masalahnya adalah
ketika benih suka itu tetap tinggal sebagai biji suka dan tidak pernah
tumbuh menjadi pohon cinta.
Ketika ini terjadi adalah kita menjadi
frustasi, karena adakalanya pasangan kita tersebut tidak bisa menjadi
yang inginkan, dia tidak bisa memuaskan keegoisan kita terhadapnya. Suka
hanya bersifat meminta, sedangkan cinta bersifat memberi.
Kesimpulannya adalah, hati-hati ketika kata “cinta” mulai
keluar dari mulut kita, karena kata itu muncul, ia menuntut banyak
pengorbanan dari kita. “Cinta” bukanlah sembarangan kata yang seenaknya
bisa kita katakan pada siapapun yang hanya bertujuan untuk menarik
perhatian orang tersebut